INTERNATIONAL JURNAL
NO DAFTAR JURNAL INTERNASIONAL
1 Motivation and its Impact on Employee Loyalty and Commitment: A Qualitative Analysis
2 The Effect Of Human Resources Management Practices On Employee Performance
3 The Impact of Strategic Human Resource Management on Organizational Performance
4 The Effect of Human Resources Planning and Training and Development on Organizational Performance in the Government Sector in Jordan
5 The Impact of Human Resources Management on Healthcare Quality
6 Human Resource Management and Its Importance for Today’s Organizations
7 The Effectiveness of Human Resource Management on Improving the Performance of Education Staff
8 The Effect of Human Resources Practices on Organizational Commitment: A Jordanian Study
9 The Role of Human Resource Information System in the Process of Manpower Activities
10 Human resource practices and its role in organizational effectiveness: a Review
11 The Impact of Recruitment and Selection Criteria on Organizational Performance
12 The effect of electronic human resources management on quality of services provided by human resources I the insurance industry (Case Study: Iran Insurance company in Tehran city)
13 Employee Motivation and Work Performance: A Comparative Study of Mining Companies in Ghana
14 Green Human Resource Management Practices: A Review
15 The Effect Of Employee Development On Performance Of Public Sector Organisations In Ghana: Evidence from Controller and Accountant General’s Department, Accra
16 Human Resource Management Practices and Organizational Innovation: Assessing the Mediating Role of Knowledge Management Effectiveness
17 International HR Assignment in Recruiting and Selecting: Challenges, Failures and Best Practices
18 Compensation, esteem valence and job performance: an empirical assessment of Alderfer's ERG theory
19 Recruitment & Selection A need of the hour for organizational success
20 Dynamics of Human Resources Management Practices and Knowledge Management Processes in Service Sector: An Empirical Study
REKRUTMEN DAN SELEKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Memilih orang yang memiliki kompetensi, memilki standar kerja yang tinggi sesuai harapan perusahaan adalah tidak mudah. Perlu strategi khusus dalam rekrutmen & sistem seleksi untuk mendapatkan SDM yang unggul tersebut. Langkahnya SDM yang memiliki kompetensi unggul, menjadikan tingkat perebutan pengadaan tenaga kerja semakin ramai. Perebutan SDM tidak hanya pada level manajer keatas akan tetapi juga pada level dibawahnya. Proses rekrutmen dan seleksi mempunyai peran penting dalam kesuksesan tiap perusahaan karena proses rekrutmen dan seleksi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk terus bertahan, beradaptasi dan berkembang khususnya di tengah persaingan yang ketat. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk lebih profesional dalam mengelola perusahaannya khususnya dalam hal sumber daya manusia (tenaga kerja). Penyusutan pegawai biasanya terjadi karena adanya pegawai yang memasuki masa pensiun, meninggal dunia atau dikeluarkan dari institusi karena melanggar tata tertib dan disiplin pegawai yang telah ditetapkan , oleh karena itu pegawai baru menggantikannya dengan masa kerja yang berbeda-beda dipastikan setiap tahunnya ada pegawai yang memasuki masa pensiun. Rekrutmen dapat juga dilakukan untuk menambah pegawai baru ke dalam suatu satuan kerja yang kegiatannya semakin menurun aktivitas yang tinggi. Dalam rekrutmen juga perlu adanya proses seleksi yang efektif, hal ini dilakukan untuk melakukan pemerataan pegawai pada setiap seksi sehingga kekuatan setiap seksi menjadi seimbang. Oleh karena itu diperlukan pegawai-pegawai baru untuk memperkuat suatu kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rekrutmen
Rekrutmen adalah kegiatan identifikasi dan membuat calon pekerja tertarik untuk mengisi pekerjaan, baik yang tersedia sekarang, maupun yang akan datang. Rekrutmen bisa mengarahkan tenaga dari dalam perusahaan sendiri dan tenaga dari luar, untuk menggunakan tenaga intern, dan kapan kita harus mengambil tenaga dari luar. Perlu diteliti kebaikan dan kekurangan memekai tenaga eksternal dan internal.
Rekrutmen atau perekrutan diartikan sebagai proses penarikan sejumlah calon yang berpotensi untuk diseleksi menjadi pegawai. Proses ini dilakukan dengan mendorong atau merangsanng calon yang mempunyai potensi untuk mengajukan lamaran dan berakhir dengan didapatkannyasejumlah calon. Dapat juga dikatakan sebagai upaya pencariaan sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka mengisi lowongan kerja yang ada. Perekrutan menjadi salah satu kegiatan yang sangat penting dalam manajemen sumber daya manusia sebab sebagai awal dari kegiatan untuk mendapatkan pegawai yang tepat untuk mengisi jabatan yang kosong.
Rekrutmen pada hakikatnya merupakan proses penentuan dan menarik pelamar yang mampu untuk bekerja dalam suatu perusahaan. Proses dimulai ketika para pelamar dicari dan berakhir ketika lamaranlamaran mereka diserahkan/dikumpulkan. Hasilnya adalah sekumpulan pelamar calon karyawan baru untuk diseleksi dan dipilih. Selain itu juga dapat dikatakan sebagai proses untuk mendapatkan sejumlah SDM atau karyawan yang berkualitas untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaann dalam suatu perusahaan. Untuk menemukan kebutuhan karayawan dapat dengan cara memperbesar program ekspansinya untuk menarik lebih banyak pelamar. Disini para rekruter menjadi wakil penghubung perusahaan dengan masyarakat pencarai kerja yang dapat diterima ke sekolah-sekolah ataupun agen pelatihan masyarakat sebagai upaya untuuk mendapatkan pelamar sebanyak-banyaknya.
Melakukan proses rekrutmen dan seleksi yang benar merupakan fungsi manajemen yang paling penting dalam organisasi. Tidak ada fungsi lain yang melebihi pentingnya proses ini. Alasan utama adalah manusia, sebagai salah satu sumber daya dalam organisasi, merupakan subjek yang berkuasa atas sumber daya yang lain. Sumber daya lain (uang, mesin, material, metode, informasi dan lain-lain) menjadi objek, baik buruknya penggunaan sumber daya lain sangat tergantung dari manusia yang mengelolanya. Jadi tugas utama dan paling pertama dari manajemen adalah memastikan bahwa orang yang masuk ke dalam organisasi adalah orang yang tepat.
B. Prinsip-Prinsip Rekrutmen
Prinsip-prinsip rekrumen dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai. Untuk itu sebelumnya perlu dibuat: analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan.
b) Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan: peramalan kebutuhan tenaga kerja, analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja, biaya yang diperlukan diminimalkan, perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang perekrutan , fleksibilitas, dan pertimbangan-pertimbanngan hukum.
C. Sumber Rekrutmen
1. Sumber internal perusahaan
Perekrutan dari dalam perusahaan memiliki beberapa keuntungan yaitu organisasi sudah mengetahui rekam jejak karyawan dengan lebih baik sehingga dapat memilih karyawan dengan tingkat akurasi yang tinggi, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya perkrutan dan perekrutan dapat dilakukan dalam waktu yang cepat. Sumber dari dalam sudah diketahui rekam jejek dan karakteristik individu yang dimilikinya oleh perusahaan, mereka juga sudah memehami strategi organisasi, lingkungan kerjanya, budaya perusahaan, tuntutan pekerjaan, dan telah memeiliki jaringan dengan rekan atau unit kerja dalam organisasi. Dengan karakteristik individu seperti ini , perekrutan dengan mendayagunakan sumber internal akan dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien. Perekrutan dari perusahaan dapat dilakukan melalui:
a) Penawaran terbuka untuk suatu jabatan (job posting programs). Rekrutmen terbuka ini merupakan sistem mencari pekerja berkemampuan tinggi untuk mengisi jabatan yang kosong dengan memberikan kesempatan pada semua karyawan yang berminat untuk mengisi jabatan itu menyampaiakan untuk mengikuti seleksi intern.
b) Perbantuan pekerjaan ( departing employees). Rekrutmen ini dapat dilakukan melalui perbantuan pekerjaan untuk suatu jabatan dari unit kerja lain (pekerja yang sudah ada). Kemudian setelah selang beberapa waktu lamanya, apabila pekerja yang diperbantukan tersebut merupakan calon yang tepat, maka dapat diangkat untuk mengisi jabatan kosong tersebut.
2. Sumber eksternal perusahaan
Apabila perekrutan dilakukan dengan menarik karyawan dari luar mungkin mereka hanya memeiliki satu kelebihan dari sumber internal, yaitu tingkat kompetensi yang lebih baik. Meskipun demikian, sumber eksternal ini memiliki hal-hal yang telah dimiliki oleh sumber internal tersebut diatas. Disamping itu perusahaan juga belum mengetahui karakteristik individu mereka secara menyeluruh, misalnya nilai-nilai budaya yang dianutnya, kecakapan hubungan antarpribadinya, motivasi, pengalaman, dan harapannya pada perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh pelamar dari berbagai sumber eksternal seperti : walk-ins dan write-ins (pelamar yang datang dan meenulis lamaran sendiri), rekomendasi dari karyawan (teman, anggota, dan keluarga karyawan perusahaan sendiri), pengiklanan, agen-agen penempatan tenaga kerja, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan, organisasi-organisasi profesi/keahlian, dan pekerja-pekerja sewaan.
D. Pengertian Seleksi
Seleksi adalah usaha pertama yang harus dilakukan perusahaan untuk memperoleh karyawan yang qualified dan komponen yang akan menjabat serta mengarjakan semua pekerjaan pada perusahaan. Pelaksanaan seleksi harus dilakukan secara jujur, cermat, dan obyektif supaya karyawan yang diterima benar-benar qualified untuk menjabat dan melaksanakan pekerjaan.
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen seleksi dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan. Proses pemilihan ini yang dinamakan seleksi. Proses seleksi sebagai sarana yang digunakan dan penentuan dan pelamar mana yang akan diterima. Prosesnya dimulai ketika melamar kerja dan akhirnya dengan keputusan penerimaan. Apabila dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip manajemen SDM secara wajar, maka proses seleksi akan dapat menghasilakan pilihan karyawan yang dapat diharapkan kelak memberikan kontribusi yang positif dan baik. Sedangkan bila seleksi dilaksanakan secara tidak baik, keluhan pelanggan yang tidak puas, produk yang dihasilkan berkurang dan tidak berkualitas yang akibatnya perusahaan akan menderita kerugian.
Seleksi tentu saja dilakukan bukan hanya untuk memilih pegawai baru untuk menjadi pegawai perusahaan, tetapi dapat juga untuk memilihpegawai yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan baru, pegawai yang dipindahkan ke bagian lain, atau bahkan untuk pegawai yang akan diputuskan hubungan pekerjaan dengan perusahaan (penempatan). Sebab calon pegawai untuk mengisi jabatan yang kosong dapat bersumber dari luar perusahaan, dapat juga bersumber dari dalam.
E. Sistem seleksi yang Efektif
Sistem seleksi yang efektif pada dasaranya memiliki tiga sasaran, yaitu:
a) Keakuratan, artinya kemampuan dari proses seleksi untuk secara tepat dapat memprediksi kinerja pelamar.
b) Keadilan, artinya memberikan jaminan bahwa setiap pelamar yang memenuhi persyaratan diberikan kesempatan yang sama di dalam sistem seleksi.
c) Keyakinan, artinya taraf orang-orang yang terlibat dalam proses seleksi yakni akan bermanfaat yang diperoleh.
Perusahaan semakin dituntut untuk mencapai semua sasaran yang diinginkan oleh manajemen. Sementara itu, karyawan semakin sering berpindah perusahaan dan karier, untuk mendapaatkan predikat karyawan yang ideal dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi dan pribadinya, sehingga perusahaan membutuhkan proses seleksi yang efektif agar dapat mengidentifikasi siapa yang mampu dan mau melaksanakan suatu pekerjaan selama jangka waktu tertentu. Tanpa sistem seleksi yang efektif, perusahaan akan menanggung resiko, antara lain:
1) Peningkatan biaya
2) Motivasi karyawan yang rendah
3) Kualitas pelayanan yang rendah atau menurun yang dirasakan pelanggan
4) Kurangnya upaya menejer dalam membimbing bawahannya maupaun inisiatif untuk kemajuan perusahaan, karena terpaksa berkonsentrasi pada pengisian lowongan yang tidak diharapkan.
F. Masalah-masalah yang Ditemukan dalam Seleksi
Untuk mencapai ketiga sasaran diatas sangat tergantung pada kemapuan pewawancara untuk mengatasi masalah-masalah seleksi berikut ini:
a) Banyak pewawancara mengabaikan informasi penting.
b) Pewawancara terkadang mengabaiakn motivasi dan kesesuaian dengan kebutuhan perusahaan.
c) Pertanyaan yang diajukan pewawancara tidak fokus pada pekerjaan dan bahkan menyimpang terlalu jauh dan menyinggung masalah pribadi pelamar.
d) Pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara tumpang tindih.
e) Pewawancara tidak menyiapkan butir-butir pertanyaan yang diajukan sebelum seleksi dilakukan.
f) Pelamar kurang tertarik dengan proses wawancara karena pewawancara terlalu banyak bicara atau mengulang pertanyaan yang tidak penting.
g) Pewawancara tidak cermat melakukan wawancara sehingga tidak membuat catatan yang cukup.
h) Kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari pelamar.
i) Terlalu cepat membuat keputusan mengenail pelamar.
j) Dalam seleksi perusahaan hanya mengandalkan wawancara.
G. Langkah- Langkah Rekrutmen Dan Seleksi
Secara garis besar pelaksanaan rekrutmen dan seleksi dapat dipolarisasi menjadi dua bagian pertama, analisa jabatan- kedua, pemilihan tenaga kerja.
1. Analisa Jabatan
Analisa jabatan adalah proses untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan berbagai operasi dan kewajiban suatu jabatan. Hal perlu diperhatikan dalam analisa jabatan adalah
a) Definisi jabatan,
b) Apa saja yang harus dilakukan dari jabatan tersebut,
c) Bagaimana melakukan pekerjaan tersebut,
d) Dan mengapa harus dilakukan.
e) Pemilihan Tenaga Baru
2. Pemilihan tenaga baru
Pemilihan tenaga baru adalah proses untuk menentukan kandidat yang mana yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di organisasi. Beberapa metode yang sering digunakan adalah pengisian formulir, tes kemampuan akademik/TPA, tes psikologi, wawancara dan orientasi-orientasi.
Lebih konkritnya, proses pelaksanaan rekrutmen dan seleksi biasanya terdiri dari beberapa langkah atau tahapan. Di bawah ini adalah langkah-langkah yang biasanya
dilakukan dalam pelaksanaan rekrutmen dan seleksi yaitu:
a) Mengidentifikasi jabatan lowong dan berapa jumlah tenaga yang diperlukan.
Proses rekrutmen dimulai saat adanya bidang pekerjaan baru di organisasi, karyawan dipindahkan atau dipromosikan ke posisi lain, mengajukan permintaan pengunduran diri, adanya PHK, atau karena pensiun yang direncanakan. Dengan melihat dinamika dari beberapa hal tersebut dan mencocokkannya dengan perencanaan sumber daya manusia yang sudah tersusun (jika ada) maka akan diketahui jabatan apa saja yang sedang lowong dan berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan tersebut.
b) Mencari informasi jabatan melalui analisa jabatan
Untuk memperoleh uraian jabatan (job description) dan spesifikasi jabatan (job spessification) sebagai landasan dalam membuat persyaratan jabatan. Persyaratan jabatan harus dibuat secara hati-hati dan sejelas mungkin agar dalam penerapannya nanti tidak ditemui kekaburan-kekaburan yang mengganggu proses selanjutnya. Dalam usaha mencari individu yang tepat dan sesuai untuk jabatan tertentu maka pihak manajemen harus melakukan pengukuran (assessment) terhadap tuntutan-tuntutan (demands) dan persyaratan-persyaratan (requirements) dari jabatan tersebut. Proses inilah yang disebut dengan Analisis Jabatan. Analisis jabatan merupakan suatu proses pengumpulan dan pencatatan informasi terpercaya dengan suatu prosedur tertentu terhadap suatu jabatan tertentu dan persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki oleh si pemegang jabatan
c) Jika persyaratan jabatan telah tersusun, maka langkah berikutnya adalah:
Menentukan dimana kandidat yang tepat harus dicari. Dua alternatif untuk mencari kandidat yakni dari internal perusahaan atau dari eksternal perusahaan. Jika diambil dari internal, apabila kebutuhan staf untuk masa yang akan datang telah direncanakan, maka perlu juga diketahui siapa kira-kira karyawan yang ada saat ini yang dapat dipindahkan atau dipromosikan. Jika kandidat harus dicari dari eksternal perusahaan maka perlu dipertimbangan dengan cermat metode rekrutmen yang tepat untuk mendapatkan kandidat tersebut.
d) Memilih metode-metode rekrutmen yang paling tepat untuk jabatan.
Ada banyak metode rekrutmen yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam melakukan rekrutmen seperti walk-ins dan write-ins (pelamar yang datang dan meenulis lamaran sendiri), rekomendasi dari karyawan (teman, anggota, dan keluarga karyawan perusahaan sendiri), pengiklanan, agen-agen penempatan tenaga kerja, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan, organisasi-organisasi profesi/keahlian, pekerja-pekerja sewaan, dan lain sebagainya perusahaan juga dapat memilih lebih dari satu metode, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.
e) Memanggil kandidat-kandidat yang dianggap memenuhi persyaratan jabatan
Mengumpulkan berkas-berkas lamaran mereka, dan meminta mereka mengisi
formulir lamaran pekerjaan yang telah disediakan untuk selanjutnya diproses dalam tahap seleksi.
f) Menyaring / menyeleksi kandidat.
Prosedur seleksi perlu dilakukan jika: 1) pelaksanaan tugas pada jabatan yang akan diisi memerlukan ciri-ciri fisik dan psikis tertentu yang tidak dimiliki oleh setiap orang; 2) ada lebih banyak kandidat yang tersedia dibandingkan jumlah jabatan yang akan diisi. Proses seleksi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
Persiapan penerimaan para pelamar yang akan mengikuti seleksi,
Menyelengarakan berbagai macam tes (tes kemampuan akademik/TPA, tes psikologi, wawancara dan orientasi-orientasi lainnya).
Penelitian latar belakang pelamar dan evaluasi medis
Penelitian pendahuluan tentang kecakapan, pengetahuan dan keterampilan.
g) Membuat penawaran kerja.
Setelah proses seleksi dianggap cukup dan petugas rekrutmen sudah dapat menentukan kandidat terbaik untuk jabatan tertentu, maka selanjutnya perlu dipersiapkan penawaran kerja. Termasuk disini adalah mempersiapkan perjanjian kerja (KKB), memperkenalkan secara lebih mendalam tentang peraturan dan kondisi kerja.
Proses rekrutmen dan seleksi tidak berhenti begitu saja setelah kandidat menerima penawaran kerja. Pada saat sudah menjadi pegawai maka yang bersangkutan masih perlu dibantu agar ia dapat bekerja secara optimal dan bertahan untuk waktu yang lama. Pegawai yang bersangkutan harus dimonitor dan dinilai kinerjanya secara teratur, serta diberikan pelatihan dan pengembangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar sekolah sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia.
Seleksi adalah usaha pertama yang harus dilakukanperusahaan untuk memperoleh karyawan yang qualified dan komponen yang akan menjabat serta mengarjakan semua pekerjaan pada perusahaan. Pelaksanaan seleksi harus dilakukan secara jujur, cermat, dan obyektif supaya karyawan yang diterima benar-benar qualified untuk menjabat dan melaksanakan pekerjaan.
Melakukan proses rekrutmen dan seleksi yang benar merupakan fungsi manajemen yang paling penting dalam organisasi. Tidak ada fungsi lain yang melebihi pentingnya proses ini. Baik buruknya penggunaan sumber daya lain sangat tergantung dari manusia yang mengelolanya. Jadi tugas utama dan paling pertama dari manajemen adalah memastikan bahwa orang yang masuk ke dalam organisasi adalah orang yang tepat.
B. Saran
Apabila perekrutan dan penyeleksian dilakukan dengan prosedur yang benar dan didukung dengan alat rekrutmen dan seleksi yang akurat, sudah barang tentu kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh setiap organisasi akan dapat terpenuhi. Karena prosedur yang benar dalam melakukan rekrutmen dan seleksi ini akan mempunyai dampak positif bukan saja bagi perusahaan tetapi juga bagi para pelamar pekerjaan yang diseleksi.
Bagi perusahaan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mudah untuk menentukan kualifikasi pelamar yang dinyatakan lolos proses penyeleksian. Sedangkan keuntungan bagi para pelamar adalah dapat merasa puas dan tidak menimbulkan kecurigaan-kecurigaan dalam proses seleksi. Pelamar akan merasakan adanya sikap dan tindakan yang fair dari perusahaan atau organisasi penyelenggara seleksi, sehingga apabila pelamar mengalami kegagalan dalam seleksi, mereka akan dapat merasakan “kepuasan” atau paling tidak dapat mengadakan introspeksi diri bahwa mereka belum dapat memenuhi standar yang ditentukan oleh perusahaan atau organisasi untuk bekerja.
Sedangkan bagi para pelamar yang dapat lolos dalam rekrutmen dan seleksi, tentunya mereka diharapkan dapat bekerja sesuai dengan job spesifikasinya masing-masing yang pada akhirnya dapat menampilkan seluruh potensi yang dimilikinya, baik itu berupa pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, minat, kesukaan, dan kepribadiannya bagi kepentingan dan tujuan perusahaan atauorganisasi tempat mereka bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Subekhi, akhmad dan Jauhar, mohammad. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Prestasi Pustaka
Suparyadi, 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offset
http://kepompong32.blogspot.co.id/2015/01/manajemen-sumber-daya-manusia rekrutmen_22.html
http://bambangkharisma94.blogspot.co.id/2015/07/makalah-manajemen-sdm-rekruitmen-dan.html
KEPUASAN KERJA, DISIPLIN, STRES DAN LINGKUNGAN KERJA
KEPUASAN
KERJA, DISIPLIN, STRES
DAN
LINGKUNGAN KERJA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap
perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Dalam usaha mencapai tujuan
tersebut perusahaan tidak akan lepas dari kontribusi karyawan. Karyawan
merupakan kekayaan utama bagi setiap perusahaan. Karyawan menjadi perencana,
pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan
perusahaan. Sebagai pelaku utama dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan
mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi
sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap-sikap positif hendaknya dibina
supaya memberikan efek yang positif bagi perusahaan dan sikap-sikap negatif
hendaknya dihindarkan supaya tidak memberikan efek yang negatif bagi
perusahaan. Sikap-sikap tersebut dapat berupa kedisiplinan yang tinggi maupun
rendah, stres, frustasi dan lingkungan kerja, Kepuasaan kerja yang tinggi juga
akan memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan perusahaan.
Oleh karena itulah setiap pimpinan atau
manajer suatu perusahaan perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara etis bagi anggotanya
atau pegawainya, dimana mereka melakukan pekerjaan secara maksimal dan
produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya perilkau individu dalam perusaahaan yang merupakan interaksi antara karakteristik
individu dan karakteristik
perusahaan (Thoha.1998).
Perilaku perusahaan merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun
atas sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol
psokologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001).
sedangkan yang menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction)
merupakan yang disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang
mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan
kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses pengambilan keputusan,
penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi pegawai, desain pekerjaan
dan stres kerja.
Disini
kepuasan kerja merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan
manusia dalam perusahaan. Dengan perkataan lain
kepuasaan harus menjadi tujuan utama
perusahaan setelahnya produktivitas.
![]() |
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
yang di maksud kepuasaan kerja dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
2.
Apakah
yang dimaksud stress kerja dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
3.
Apakah
yang dimaksud disiplin kerja dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
4.
Apakah
yang dimaksud lingkungan kerja dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui tentang kepuasan kerja dan faktor yang mempengaruhinya
2.
Untuk
mengetahui tentang stress dan faktor yang mempengaruhinya
3. Untuk mengetahui tentang kedisiplinan dan faktor yang
mempengaruhinya
4. 5. Untuk mengetahui tentang lingkungan kerja dan
faktor yang mempengaruhinya.
![]() |
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KEPUASAN
KERJA
Setiap
orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena
setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan
kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.
Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih
mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu
karyawan berbeda kepuasannya.
Kepuasan
kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap berbagai segi atau aspek
pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal.
Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas
dengan satu atau lebih aspek lainnya. Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif)
tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap
situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi
kerjanya daripada tidak menyukainya.
Dimensi Kepuasan Kerja
Menurut
Luthans (2006) ada beberapa dimensi kepuasan kerja yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan karakteristik penting mengenai pekerjaan, dimana orang dapat
meresponnya. Dimensi itu adalah:
1)
Pekerjaan itu sendiri (Work It self), Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

3)
Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang
sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4)
Promosi (Promotion), Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5)
Gaji/Upah (Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang
dianggap layak atau tidak.
Kelima
dimensi tersebut di atas, digunakan oleh para peneliti untuk mengukur kepuasan
kerja, dan membawa pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Mas’ud (2004):
a) Kepuasan dengan
promosi Kesempatan promosi
sepertinya memiliki pengaruh
yang berbeda pada kepuasan kerja. Hasil ini dikarenakan promosi memiliki
sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki berbagai penghargaan.
b)
Kepuasan dengan Rekan kerja Sifat alami dari kelompok atau tim kerja kan
mempengaruhi kepuasan kerja. Pada umumnya rekan kerja atau anggota tim yang
kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada karyawan
secara individu.
c)
Kepuasan dengan Gaji Upah dan gaji merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan
kerja. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga
alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat uang lebih tinggi.
Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang
kontribusi mereka terhadap perusahaan.
Sedangkan
menurut Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), mengemukakan bahwa ada 2 (dua)
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
1) Diri
Pegawai Faktor yang ada pada diri pegawai yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan
khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa
kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.
2) Pekerjaannya
faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan keuangan, kesempatan promosi
jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
Pengaruh
Kepuasan Kerja
a)
Terhadap
Produktivitas

Orang berpendapat bahwa
produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan
kerja mungkin merupakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya.
Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya
jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai
dengan apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta
diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa
performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena
perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan
yang diharapkan.
b) Ketidakhadiran
(Absenteisme)
Menurut Porter dan
Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan
ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk
hadir dan kemampuan untuk hadir. Sementara itu menurut Wibowo (2007:312)
“antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif”.
Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas
tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
c) Keluarnya
Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau
keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar
kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998),
ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya
selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang
milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan
mereka dan lainnya.
d) Respon
terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins (2003)
ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidak puasan yaitu:
(a) Keluar
(Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
(b) Menyuarakan
(Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki
kondisi.
(c) Mengabaikan
(Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk
seperti sering absen atau semakin sering membuat kesalahan.
(d) Kesetiaan
(loyality) yaitu menunggu secara pasif sampai kondisi menjadi lebih baik
termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar.
![]() |
Meningkatkan
Kepuasan Kerja
Menurut
Riggio (2005), peningkatan kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Melakukan
perubahan struktur kerja, misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job
rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe
tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan dengan job description).
Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement),
atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas
pekerjaan. Praktik untuk para pekerja yang menerima tugastugas tambahan dan
bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih
dari sekedar anggota dari organisasi.
2)
Melakukan perubahan struktur pembayaran,
perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based
pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan
dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua
dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana
pekerja digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial pekerja
berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Pembayaran yang ketiga
adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada keberhasilan
kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
3)
Pemberian jadwal kerja yang fleksibel,
dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari
mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana
pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai
tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan
yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah
jam pekerjaan perhari ditingkatkan. Para pekerja dapat memadatkan pekerjaannya yang
hanya dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at, sehingga mereka dapat memiliki
waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua adalah dengan sistem penjadwalan
dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime),
tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
4)
Mengadakan program yang mendukung,
perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan
kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center, profit sharing,
danemployee sponsored child care.
![]() |
B. STRES KERJA
Stres biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Dengan
kata lain Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya,
pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat
menggangggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik
kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang mengalami stress bisa
menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah
marah dan agresif, tidakdapat rileks, atau menunjukan sikap yang tidak
kooperatip. Lebih lanjut, mereka melarikan diri dengan minum alkohol (minuman
keras) dan atau secara berlebihan. Disamping itu, mereka bahkan bisa terkena
berbagai penyakit phisik, seperti masalah pencernaan dan atau tekanan darah
tinggi, serta sulit tidur. Kondisi-kondisi tersebut meskipun dapat juga terjadi
karena penyebab-penyebab lain, tetapi pada umumnya hal itu merupakan
gejala-gejala stressCary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan
kering, tangan lembab, merasa panas,
otot-otot tegang.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih,
marah-marah, mudah salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa,
gelisah.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya
ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran
hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain,
kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain,
mudah berbohong.
Dari beberapa uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi
kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan).
Stres
Dalam Kerja

kerja,
yaitu meliputi:
a) Kepuasan kerja rendah
b)
Kinerja yang menurun
c)
Semangat dan energi menjadi hilang
d)
Komunikasi tidak lancer
e)
Pengambilan keputusan jelek
f)
Kreatifitas dan inovasi kurang
g)
Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Penyebab stres kerja yang lain dapat dikarenakan adanya ketidakseimbangan
antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek
pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa
atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.
Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres
atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor
lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan
sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe
kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi
keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Secara umum
dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Tidak
adanya dukungan sosial.
Artinya,
stres akan cendrung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
2.
Tidak
adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor.
Hal
ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan
pekerjaannya.
3.
Pelecehan
seksual.
Yakni,
kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan
seks yang tidak diinginkan.
4.
Kondisi
lingkungan kerja.
Kondisi
lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin,
terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya.
5.
Manajemen
yang tidak sehat.

Dampak
Stres Kerja Pada Perusahaan
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan
oleh stres kerja dapat berupa:
a)
Terjadinya
kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
b)
Mengganggu
kenormalan aktivitas kerja
c)
Menurunkan
tingkat produktivitas
d)
Menurunkan
pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Dampak
Stres Kerja Pada Karyawan
Reaksi terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat
psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan
menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia
sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku
melawan stres(flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehari-hari
kedua reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan
bentuk stres. Gejala-gejala stres di tempat kerja:
1. bekerja melewati batas kemampuan
2. kelerlambatan masuk kerja yang sering
3. ketidakhadiran pekerjaan
4. kesulitan membuat keputusan
5. kesalahan yang sembrono
C. DISIPLIN KERJA

Tindakan disiplin dan sistem pengaduan merupakan mekanisme dimana organisai
dan pekerja berusaha untuk mencapai keadilan dalam hubungan satu sama lain.
Keadilan yang dimaksud mencakup keadilan substantive dan procedural. Keadilan substantive
ini menyangkut keadilan dalam imbalan atau penghargaan dari organisasi terhadap
karyawan dilihat dari kontribusinya, atau dibandingkan dengan karyawan yang
lain. Keadilan procedural menunjukan keberadaan dari mekanisme yang tidak
memihak atau mekanisme yang tidak tepat untuk menjamin pemerataan substansi. Ada
dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu preventif dan koreptif
a)
Disiplin
Preventif
Disiplin
preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar
mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan
dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara
para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan
semata-mata karena dipaksa manajemen. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
menciptakan suati iklim disiplin preventif di mana berbagai standar diketahui
dan dipahami. Bila para karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang
harus dicapai, mereka cenderung menjadi salah arah atau eratik. Di samping itu,
manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif dan bukan secara
negatif, seperti “Jaga keamanan” bukan “Jangan ceroboh”. Mereka biasanya juga
perlu mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi suatu standar agar mereka
dapat memahaminya.
b)
Disiplin
Korektif
Disiplin
korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih
lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut
tindakan pendisiplinan (disciplinary action). Sebagai contoh, tindakan
pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
![]() |
Faktor-faktor
kedisiplinan :
1. Tujuan dan kemampuan
2. Teladan pemimpin
3. Balas jasa
4. Keadilan
5. Waskat
6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan
D. LINGKUNGAN KERJA
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat
berpengaruh dalam menunjang hasil kerja yang maksimal dalam setiap pekerjaan.
Apabila lingkungan kerja kurang kondusif maka akan menyebabkan kinerja tenaga
kerja yang akan menurun ini disebabkan kurangnya motivasi kerja yang muncul
dari dalam diri tenaga kerja untuk bekerja dengan baik. Lingkungan kerja
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan jenis dan lokasi pekerjaan
dimana individu karyawan berada dan beraktivitas. Produktifitas karyawan dari
pekerjaan bergantung pada tempat dan lingkungan tempat individu karyawan
bekerja. Oleh karenanya, lingkungan kerja perlu mendapat perhatian yang sangat
serius dan utama karena merupakan rumah kedua setelah tempat tinggal (Subaris
dan Haryono, 2008 ; 1).
Lingkungan kerja adalah menyangkut tata
ruang, cahaya alam dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi
seseorang karyawan sewaktu bekerja (Zainuddin dkk, 2006). Fasilitas yang
dimiliki organisasi merupakan bagian dari lingkungan kerja yang harus
diwujudkan untuk mendukung aktivitas organisasi.
Lingkungan kerja yang tidak kondusif dan kurang mendukung pelaksanaan
aktivitas kerja dari karyawan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan karyawan
terhadap kerjanya. Begitupun pula dengan ketersediaan fasilitas yang kurang
akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi waktu kerja.
Lingkungan kerja harus menjadi perhatian mengingat sebahagian besar waktu
tiap harinya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan kerja yang tidak sesuai
akan menyebabkan gangguan bagi tenaga kerja yang ada di lingkungan kerja
tersebut dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi produktifitas (Subaris dan
Haryono, 2008 ; 1).
![]() |
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti yang
dikemukakan Sedarmayanti (1996:5), yaitu:
1.
Penerangan
Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor
penerangan, begitu pula untuk menunjang kondisi kerja penerangan memberikan
arti yang sangat penting.Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja
yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang
baik. Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan
terhadap ketegangan mata yang disertai dengan keletiah mental, perasaan marah
dan gangguan fisik lainnya. Dalam hal penerangan di sini tidak hanya
terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan matahari. Penerangan
yang baik dapat memberikan kepuasan dalam bekerja dan tentunya akan
meningkatkan produktivitas, selanjutnya penerangan yang tidak baik dapat
memberikan ketidak puasan dalam bekerja dan menurunkan produktivitas. Hal ini
disebabkan karena penerangan yang baik tentunya akan memudahkan para karyawan
dalam melakukan aktivitas. Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan
Assauri (1993:31) adalah sebagai berikut:
a)
Sinar
cahaya yang cukup.
b)
Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan.
c)
Tidak
terdapat kontras yang tajam.
d)
Cahaya
yang terang
e)
Distribusi
cahaya yang merata
f)
Warna
yang sesuai.
2.
Suhu
Udara
Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala
ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah
suhu udara. Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja
dengan menggunakan seluruh kemampuan sehinggan menciptajkan hasil yang optimal.
Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu
diperhatikan juga.Bila sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada dalam
ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan.

1)
Kelembaban
Kelembaban
udara adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban ini
sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan di
mana temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran.
2)
Suhu
Udara
Tubuh
manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal dengan suatu
sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Produktivitas manusia
akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27ºC.
3)
Sirkulasi
Udara
Udara
disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di dalam udara tersebut
telah berkurang dan bercampur gas-gas lainnya yang membahayakan kesehatan
tubuh. Hal ini diakibatkan oleh perputaran udara yang tidak normal.
Kotoran udara disekitar kita dapat dirasakan dengan
sesaknya pernafasan. Ini tidak boleh dibiarkan, karena akan mempengaruhi
kesehatan tubuh dan akan cepat membut tubuh kita lelah. Sirkulasi udara dengan
memberikan ventilasi cukup akan membantu penggantian udara kotor dengan udara
bersih.
Seperti yang diungkapkan oleh Sritomo Wignjosoebroto
(1989:50) pengaruh temperatur udara terhadap manusia bisa dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Manusia
Temperatur
|
Pengaruh Terhadap Manusia
|
Kurang lebih 49ºC
|
![]() |
Kurang dari 30ºC
|
Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan kelelahan
fisik
|
Kurang lebih 24ºC
|
kondisi optimum (normal) bagi manusia
|
Kurang dari 24ºC
|
Kelakuan ekstrim mulai muncul
|
3.
Bising
Untuk meningkatkan produktivitas kerja suara yang
mengganggu perlu dikurangi. Di lingkungan Call Center Telkomsel suasana tenang
sangat diperlukan karena pada saat officer online melayani pelanggan harus
terbebas dari suara lain yang bisa terdengar oleh pelanggan. Suara bising
ditimbulkan dari suara para officer yang online pada saat bersamaan dalam satu
ruangan bisa mengganggu konsentrasi officer itu sendiri pada saat bekerja.
Bunyi bising dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja,
untuk itu suara-suara ribut harus diusahakan berkurang.Turunya konsentrasi
karena ditimbulkan oleh suara bising dapat berdampak pada meningkatnya stres
karyawan.
Menurut Sedarmayanti (1996:26) ada tiga aspek yang
menentukan kualitas suara bunyi yang bisa menimbulkan tingkat gangguan terhadap
manusia, yaitu:
a)
Lama
bunyi
Lama
waktu bunyi terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar kebisingan maka
semakin buruk akibatnya bagi pendengaran (tuli).
b)
Intensitas
kebisingan
Intensitas
biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukan besarnya arus
energi persatuan luas dan batas pendengaran manusia mencapai 70 desibel.
c)
Frekuensi
Frekuensi
suara menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai
di
telinga kita setiap detik yang dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau
Hertz (HZ).

4.
Penggunaan
Warna
Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja
dan semangat para karyawan.Warna ini berpengaruh
terhadap kemampuan mata melihat objek dan memberi efek psikologis kepada para
karyawan karena warna mempuyai pengaruh besar terhadap perasaan seseorang.Sifat
dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, ceria atau sumpek dan
lain-lain.
Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka perusahaan
harus memperhatikan penggunaan warna agar dapat mempengaruhi semangat dan
gairah kerja para karyawannya.Untuk ruang kerja hendaknya dipilih warna-warna
yang dingin atau lembut, misalnya coklat, krem, putih, hijau muda dan
sebagainya.Sebagai contoh adalah warna putih, warna putih dapat memberikan
kesan ruangan yang sempit menjadi tampak leluasa dan bersih.
Sebenarnya bukan warna saja yang harus diperhatikan tapi
komposisinya juga harus diperhatikan.Hal ini disebabkan komposisi warna yang
salah dapat mengganggu pemadangan sehingga menimbulkan rasa kurang menyenangkan
atau bosan bagi yang melihat.Rasa menyenangkan atau bosan dapat mempengaruhi
semangat kerja karyawan.
Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito
(1996:1120), terdiri dari:
a)
Warna
primer (merah, biru, kuning). Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras
dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan yang lain sehingga tidak
sedap dipandang.
b)
Warna
sekunder (oranye, hijau, violet). Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang
harmonis, sedap dipandang mata.
c)
Warna-warna
primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang berada dihadapannya akan
menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali
dipandang mata.
d)
Warna-warna
primer
jika
dijajarkan dengan warna sekunder yang terdapat
disampingnya
akan merusak salah satu dari warna tersebut dan akan terkesan suram.
Komposisi warna sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
kerja. Bila komposisi warna kurang pas bisa menimbulkan rasa jenuh dan sumpek
sehingga mengurangi kenyamanan dalam bekerja sehingga semangat kerja akan
menurun yang dapat mengganggu produktivitas kerja.

1)
Warna
merah.
Bersifat
dinamis dan merangsang, berpengaruh menimbulkan semangat kerja.
2)
Warna
kuning
Bersifat
keanggunan, terang dan leluasa.Berpengaruh menimbulkan rasa gembira dan
merangsang urat syaraf mata.
3)
Warna
biru
Bersifat
tenang, tentram dan sejuk. Berpengaruh mengurangi tekanan dan keteganggan.
5.
Ruang
Gerak
Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang
dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua
karyawan yang bekerja di dalamnya.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan
terhadap para karyawan.
Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu-lalang para
karyawan hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak
pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan tempat sampah sehingga
kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga. Ruang kerja hendaknya di desain
sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi para karyawan.Untuk itu
ruangan kerja harus ditata mengacu kepada aliran kerja sehingga meningkatkan
efesiensi dan memudahkan koordinasi antar para karyawan. Perusahaan yang baik
akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai, hal ini dimaksudkan agar
para karyawan merasa senang dan betah di ruangan kerja.
Menurut Sofyan Assauri mengemukakan bahwa: “Agar para
karyawan dapat leluasa bergerak dengan baik, maka ruangan gerak para karyawan
perlu diberikan ruangan yang memadai. Terlalu sempit ruang gerak akan menghambat
proses kerja para karyawan. Sebaliknya ruangan kerja yang besar merupakan
pemborosan ruangan” (Assauri, 1993:33).
Dari pendapat di atas mengenai ruang gerak yang ideal
adalah ruang yang leluasa sehingga dapat membantu kelancaran kerja para karyawan.
Ruangan yang sempit akan mengakibatkan lalu-lintas di tempat kerja menjadi
semrawut, sehingga karyawan akan kehilangan semangat dalam bekerja. Perusahaan
yang memiliki ruang kerja belum tentu mampu meningkatkan gairah para
karyawannya, karena tanpa tata ruang yang baik akan menghambat proses kerja.
![]() |
6.
Keamanan
Bekerja
Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan
pemeliharaan karyawan dengan baik, namun keamanan bekerja ini tidak bisa
diciptakan oleh pimpinan perusahaan. Keamanan bekerja akan tercipta bila semua
elemen yang ada di perusahaan secara bahu-membahu menciptakan kondisi keamanan
yang stabil. Keamanan kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan baik
itu untuk keamanan terhadap peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan
kerja. Lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat keamanan dari orang-orang
yang berniat jahat dan ruangan kerja yang aman dari aktivitas tamu dan
pergerakan umum.
Tentang keselamatan kerja ini sudah ada peraturannya,
yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan. Artinya setiap perusahaan
menyediakan alat keselamatan kerja, melatih penggunaanya. Hal ini
dimaksudkan agar karyawan dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.
Alex S Nitisemito (1996:11) berpendapat bahwa “Apabila
perusahaan dapat memberikan jaminan keamanan, ketenangan dalam bekerja maka
akan timbul semangat kerja dan gairah kerja”.
Pendapat mengenai keamanan bekerja di atas menggambarkan
bahwa perusahaan bertanggung jawab akan kondisi karyawannya. Dorongan
psikologis para karyawan dalam berkerja yang berupa rasa aman dan nyaman sangat
mempengaruhi konsenntrasi dalam bekerja. Konsentrasi yang tidak mendukung akan
mengakibatkan semangat dan gairah menurun sehingga mengurangi produktivitas
kerja.
![]() |
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kerja dan kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam menunjang kepuasan kerja yang maksimal dalam setiap pekerjaan. Apabila
lingkungan kerja dan kedisiplinan kerja kurang kondusif maka akan menyebabkan
tingkat kepuasan kerja seseorang menurun. Selain itu, stress yang terlalu besar
akan menyebabkan kepuasan kerja akan
mulai menurun, karena stress mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan
kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, sehingga tidak mampu untuk
mengambil keputusan-keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur. Akibat
paling ekstrim, adalah kepuasan kerja menjadi nol, karena karyawan tidak kuat
bekerja lagi, putus asa, keluar dari pekerjaan, dan mungkin diberhentikan.
Lingkungan kerja yang baik dan bersih, cahaya yang cukup,
bebas dari kebisingan dan gangguan diharapkan akan memberi semangat tersendiri
bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi lingkungan kerja
yang buruk, gelap dan lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan
semangat dan produktivitas dalam bekerja.
B. SARAN
Setiap perusahaan harus bisa menciptakan hubungan yang
harmonis dan efektif untuk memperbaiki kepuasan kerja dari sisi kedisiplinan,
stres kerja dan lingkungan kerja yang
sangat tidak kondusif.
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Malayu Hasibuan. (2007). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Veithzal,
Rivai. 2005. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ita. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan
Kerja, (Online), (http://askepitha.blogspot.com. Diakses: 12
Januari 2016)
Prasetyo, Dony
Eko. 2012. Lingkungan Kerja,
(Online), (http://donyekoprasetyo.wordpress.com. Diakses : 12 Januari
2016)
Dwiputra,
Riswan. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Lingkungan Fisik Kerja, (Online), (http://putrakolut.blogspot.com. Diakses: 13 januari 2016)
Putra, Shandy Eksani.2010. Makalah kedisiplinan, Stress dan Kepuasan Kerja, (online), (http://shandy07.files.wordpress.com/2010/12/kedisiplinan-stres-dankepuasan-kerja.pdf
. diakses 13 januari 2016)
Pradana, Rizky. 2015. Analisis pengaruh kepuasan kerja, loyalitas
kerja, dan lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan,
(online), (http://eprints.undip.ac.id/47239/1/02_PRADANA.pdf.
Diakses : 11 Januari 2016)
Diakses
: 11 januari 2016)
![]() |
Langganan:
Postingan (Atom)